Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan, 79 ulama dari 32 negara sudah mengonfirmasi akan menghadiri agenda Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I yang akan digelar di Surabaya, pada 6 Februari 2023. Demikian pernyataan beliau yang dikutip NU Online pada 1 Februari lalu.
Baca juga 1 Abad NU Merupakan Momen Kebangkitan Baru
Para ulama internasional itu akan diajak mendiskusikan berbagai problem internal umat Islam dan membahas tema utama, yaitu kedudukan Piagam PBB dalam sudut pandang syariat pada 6 Februari. Kemudian, para ulama dan peserta Muktamar Internasional Fiqih Peradaban itu akan bersama-sama menghadiri Puncak Resepsi Harlah 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, pada keesokan harinya, Selasa 7 Februari 2023. Diperkirakan akan ada 1 juta orang berkumpul pada acara tersebut.
Muktamar Internasional Fikih Peradaban menjadi puncak acara Halaqah Fikih Peradaban yang digelar PBNU. Rangkaian Halaqah Fikih Peradaban telah digelar secara bertahap di berbagai wilayah di Indonesia sejak Agustus 2022 hingga pertengahan Januari 2023.
Menurut Ahmad Syarif Munawi selaku Panitia Pelaksana Muktamar Internasional Fikih Peradaban seperti yang dikutip situs Detik.com, nantinya, 79 ulama yang hadir dalam Muktamar ini akan membahas 3 (tiga) topik mengenai pentingnya melahirkan sebuah terobosan fikih yang baru di tengah realitas saat ini yang serba baru.
Pembahasan pertama adalah tentang relasi fikih terkait bentuk negara modern, seperti Pancasila sebagai pedoman bangsa Indonesia. Pembahasan kedua mengenai ralasi muslim dan non-muslim. Kemudian pada pembahasan Ketiga muktamar ini akan mengangkat Piagam PBB yang dijadikan sebagai rujukan otoritatif dan sesuai dengan syariat Islam. Sebagaimana diketahui, Piagam PBB menjadi salah satu kunci kesepakatan yang dapat menghentikan Perang Dunia II.
Republik Sudan yang merupakan salah satu negara Arab yang penuh ulama kompeten dan menjadi tujuan kaum muslimin mendalami keilmuan Islam, tidak ketinggalan menerima undangan PBNU untuk menghadiri Muktamar tersebut.
Ada 2 tokoh yang akan hadir ke Surabaya pada 6 Februari mendatang. Mereka adalah Prof. Adil Hassan Hamzah dan Syaikh Awadl al Karim Utsman al Aqli. Keduanya merupakan Mustasyar (Dewan Penasihat) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan, dan telah mengonfirmasikan kehadiran.
Syaikh Awadl al Karim Utsman al Aqli merupakan Kepala Bidang Keilmuan Majma’ as Shufi Sudan dan Organisasi Imam al ’Asy’ari Sudan. Kalau di Indonesia, beliau lebih dikenal sebagai Musnid Sudan, di mana beliau telah mendapat sanad riwayat Hadits dari ulama besar Maroko dan menerima lebih dari 100 ijazah dari ulama dunia. Beliau saat ini sedang menjalani safari dakwah di Indonesia dan bisa langsung bertolak ke Surabaya pada 6 Februari mendatang.
Kemudian Prof. Adil Hassan Hamzah yang merupakan tokoh yang saat ini menjabat Ketua Umum Majma al Fiqh al Islami Sudan (MUI-nya Sudan). Profesor dan Doktor dalam bidang Akidah dan Filsafat tersebut telah banyak melahirkan karya tulis dan jurnal ilmiah, seperti al ‘Alaqat bain al ‘Aqli wa an Naqli ‘inda al ‘Asya’irah, Syubhat Munkiri as Sunnah wa ar Radd ‘alaiha, Manhaj al ‘Asya’irah fi Fahmi Ayat as Shifat, dan masih banyak lagi.
Pada 1 Februari kemarin, jajaran PCINU Sudan mendampingi Prof. Adil Hamzah bersilaturahmi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Sudan (KBRI Khartoum) dalam rangka menyampaikan rencana beliau menghadiri Muktamar Internasional Fikih Peradaban. Duta Besar KBRI Sudan, Bapak Sunarko, menyambut hangat kunjungan tersebut dan mengapresiasi keikutsertaan salah satu ulama Sudan dalam kegiatan Muktamar dan Hari Lahir 1 Abad Nahdlatul Ulama.
Menurut Ketua Tanfidziyah PCINU Sudan, Achmad Fauzi, selain untuk menghadiri Muktamar Internasional Fikih Peradaban, kedatangan Prof. Adil Hamzah ke Indonesia juga untuk menindaklanjuti nota kesepakatan yang telah terjalin antara Majma’al-Fiqh al-Islami Sudan dengan PBNU.
Beliau merupakan perwakilan dari Majma al Fiqh al Islami Sudan yang menandatangani nota kesepakatan penyebaran dakwah Islam dengan berasaskan nilai-nilai kemoderatan (tawassuth), seimbang (tawazun), adil (i’tidal), serta akomodatif (isti’ab) dengan PBNU yang saat itu diwakili oleh Ketua Lembaga Bahtsul Masail, K.H. Mahbub Maafi, dalam kunjungannya ke Sudan beberapa bulan lalu.
Achmad Fauzi selain berharap kelancaran acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban PBNU, dia juga mengharapkan dengan kehadiran Mustasyar NU Sudan dapat membawa kemanfaatan bagi PCINU Sudan, PBNU, Negara Sudan, dan tentunya Indonesia.
Baca juga MOMEN BERSEJARAH! NU dan Majma Fikih Islami Sudan Capai Nota Kesepakatan
Penulis: Muhammad Najmuddin
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
One Response