Sebagaimana diketahui munculnya peradaban kaum perempuan dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu aspek historis dan normatif. Awal mula sejarah kaum perempuan tidak terlepas dari kisah Nabi Adam as., dan Siti Hawa. Misalnya dalam konteks kesetaraan gender, banyak orang yang memahami bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Meskipun di beberapa tafsir lainnya ada yang memiliki sudut pandang berbeda mengenai hal tersebut. Sejarah Islam juga mencatat kedudukan kaum perempuan mengalami pasang surut yang sesuai dengan budaya masyarakat yang berkembang pada masa itu.
Baca juga Konsolidasi Perempuan sebagai Pilar Peradaban
Dalam sejarah peradaban perempuan pra-Islam, dapat kita temukan perspektif mengenai kaum perempuan yang terjadi di beberapa kota besar dan agama yang ada di dunia pada saat itu, seperti Romawi, Yunani, Nasrani, dan lain-lain. Setiap tempat memiliki kesinambungan dalam membaca realitas kaum perempuan, yakni bagaimana posisi dan derajat kaum perempuan. Terkait hal tersebut, penulis akan mencoba menjabarkan sedikit fenomena peradaban perempuan masa pra-Islam:
1. Yunani Kuno
Dalam masa ini terbagi menjadi dua kaum perempuan yaitu kaum elite di mana para perempuan ditempatkan (dikurung) dalam istana. Sedangkan kaum bawahan, para perempuan menjadi komoditas yang diperjual-belikan. Hak-hak yang seharusnya diberikan kepada perempuan justru sebaliknya. Pada masa Yunani Kuno perempuan terbagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu: para pelacur yang bertugas pemuas nafsu laki-laki, selir-selir yang bertugas merawat tubuh dan kesehatan tuannya, dan para istri yang bertugas merawat dan mendidik anak-anak.
2. Romawi
Masyarakat Romawi terbiasa memandang perempuan selayaknya anak kecil, jika perempuan melakukan sebuah kesalahan maka berhak bagi suami untuk menjatuhkan hukuman baginya. Bahkan, perempuan masih dianggap seperti barang pajangan milik suami dalam rumah tangganya. Kedudukan perempuan pada masa ini, dikembalikan kepada suami yang memiliki otoritas penuh terhadap kepemilikannya.
3. India
Di wilayah India, seorang istri terbiasa memanggil suaminya dengan sebutan ‘Yang Mulia’ atau bahkan ‘Tuhan’, karena laki-laki mempunyai hak seperti penguasa bumi. Bahkan, istrinya juga bisa melayani ayah dari suaminya karena perempuan dianggap barang milik suaminya. Bukan hanya itu, perempuan pada saat itu juga tidak mendapatkan hak warisan karena yang berhak mendapatkannya hanyalah laki-laki.
4. Yahudi
Tidak jauh berbeda dari peradaban yang ada di India, beberapa masyarakat Yahudi juga beranggapan bahwa perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada laki-laki, jika perempuan itu sudah menikah maka semua harta yang dimilikinya akan berpindah pihak kepada suaminya.
5. Kristen
Lecky, seorang Sejarawan terkenal mengatakan bahwa kemarahan penulis-penulis Kristen membentuk sepenggal tulisan yang menarik nan lucu, yaitu bahwa perempuan dihadirkan dipinta oleh mereka karena dia adalah ibu dari semua derita manusia. Perempuan harus melakoni hukuman semasa hidupnya sesuai dengan kutukan yang menghinggapi pada dirinya.
Konferensi Agama Kristen yang diselenggarakan pada abad ke-5 merumuskan bahwa perempuan tidak memiliki jiwa, dan kediaman sejatinya berada di neraka. Hanya ada satu yang dikecualikan, yaitu Maryam; Ibunda Isa al-masih. Satu abad kemudian, konferensi yang lain digelar dengan mengangkat topik bahasan hakikat wanita, apakah dia itu manusia atau bukan. Kemudian akhirnya, mereka mencapai pada satu titik temu bahwa perempuan adalah manusia. Namun, perempuan diciptakan sebagai pelayan dan semata hanya untuk kesejahteraan kaum laki-laki.
6. Arab
Melihat ke kawasan Arab atau tepatnya di kota Makkah tempat lahirnya ajaran Islam, kita akan menjumpai fenomena cukup memprihatinkan di zaman pra-Islam, di mana anak-anak perempuan mereka dikubur hidup-hidup. Pada masa Jahiliyah (sebelum Islam), masyarakat Arab menganggap perempuan sebagai makhluk yang berkedudukan sangat rendah. Tatkala hatinya sedang dirundung kesedihan, mimik wajahnya akan berubah menjadi masam. Kemudian, apa yang akan dilakukan? Mereka akan melengos dari khalayak ramai karena merasa sangat malu, sebab istrinya melahirkan anak perempuan yang dianggap sebagai aib.
Bangsa Arab Jahiliyah menerima kehadiran perempuan dengan dua cara. Pertama, mayoritas mereka mengubur anak perempuannya hidup-hidup, meskipun demikian mereka beranggapan terkubur jugalah segala aib yang menimpa dirinya. Kedua, yaitu dengan tetap merawat anak perempuan, hanya saja dilakukan secara tidak adil dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Dari beberapa peradaban kaum perempuan di atas, diketahui bahwa kedudukan perempuan sangat lah tidak memiliki arti dan tidak memiliki inti kemanusian yang ada pada semestinya. Bahkan eksistensinya sebagai makhluk manusia pun masih dipertanyakan, hingga kemudian datangnya Islam mengubah akan hal itu semuanya. Hak dan kedudukannya justru sangat dimuliakan.
Adapun beberapa pandangan hierarki kaum perempuan setelah datangnya Islam, sebagai berikut:
1. Perempuan dan Hakikat Kemanusiaan
Pandangan secara objektif dan terbuka terhadap nash (teks) baik itu Al-Qur’an maupun Hadits itu menyebabkannya perubahan positif yang nyata sampai tahap pengakuan kemanusian perempuan dan peranannya dalam kehidupan. Karena nash itu bersifat tsabit yang cukup relevan dengan realitas sosial dan tidak jauh berbeda dengan budaya Jahiliyah. Sementara itu, pengangkatan masalah perempuan secara terang-terangan seperti saat ini memotivasi para ulama untuk meneliti antara nash dan realitas sekarang, sampai berubahnya pandangan yang adil terhadap perempuan.
2. Hak Asasi Perempuan dalam Islam
Islam datang memberikan solusi yang cukup berani dan menakjubkan dengan memberikan dan melindungi sepenuh hak-hak asasi perempuan. Bagaimana Islam memberi kesempatan dan kedudukan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam mencapai kemuliaan di sisi Allah, seperti yang telah disebutkan dalam firman-Nya pada beberapa surat salah satunya al-Ahzab ayat 35, yang menjelaskan tentang perempuan dan laki-laki itu sama. Adapun surat al-Hujurat ayat 13 menjelaskan tentang perbedaan laki-laki dan perempuan hanya tentang identitasnya.
3. Kedudukan Perempuan dalam Aspek Domestik
Dalam peran domestik, salah satu kedudukan perempuan ialah sebagai seorang istri pendamping suami yang mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing. Seorang suami yang berhak memberikan perlindungan, kasih sayang, serta nafkah lahir dan batin. Islam mengakui sepenuhnya terhadap hak-hak perempuan dalam kepemilikan suami dan warisan yang didapatkannya dari harta peninggalan Ibu-Bapak dan kerabatnya.
4. Kedudukan Perempuan dalam Ranah Publik
Dalam peran publiknya, perempuan juga diberikan hak seperti pendidikan, pengajaran, terjun pada sektor-sektor kehidupan yang ada seperti; bidang politik, ekonomi, sosial, dan lainnya. Bahkan, dalam sejarah juga sudah ditemukan beberapa kaum perempuan yang terjun dalam bidangnya masing-masing seperti dalam memberikan argumentasi dan diperkenankan mengambil keputusan dalam forum.
5. Kedudukan Perempuan di Era Modern
Pada era ini, banyak melahirkan perubahan yang sangat besar terdapat kedudukan perempuan. Namun, ironisnya, pada beberapa abad terakhir ini, mulai muncul gerakan pembaharuan yang lahir dari peradaban barat yang membahas terkait kedudukan perempuan atau yang disebut dengan feminisme. Pada dasarnya, pemahaman istilah ini hanya sebatas kemerdekaan bagi perempuan yang notabenenya termarjinalkan.
Seiring berjalannya waktu, keinginan para feminis untuk hidup setara dengan laki-laki justru menjerumuskan diri mereka.
Pada akhirnya, pengaruh barat terhadap pemikiran feminis muslim sangat kental dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Maka, sudah selazimnya kita dapat memilah poin-poin yang dapat diterapkan di kehidupan kita sebagai seorang muslim, karena menggunakan metodologi barat secara utuh dapat mendistorsi nilai-nilai sakral ke ranah yang tidak semestinya. Alih-alih menjadi pegangan hidup, agama diperlakukan hanya sebagai produk budaya setempat.
*tulisan merupakan kesimpulan dari diskusi yang diadakan oleh Bidang Pendidikan PCI Muslimat NU Sudan pada Sabtu 28 Januari 2023
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
2 Responses