Lakpesdam PCINU Sudan menyelenggarakan webinar bertemakan “Meneguk Saripati Khazanah Tasawuf” pada Sabtu (7/1). Webinar ini merupakan rangkaian acara pembuka dari Halaqah Ilmiah sebagai program kerja Lakpesdam yang bertujuan untuk mendiskusikan tentang tasawuf dan isu-isu yang terjadi di dalam dunia Islam, beserta sudut pandang berbagai golongan, tokoh, dan praktik yang tertuang di dalamnya.
Baca juga Mengenang 13 Tahun Gus Dur Berpulang, NU Sudan Merajut Doa untuk Sang Guru Bangsa
Acara yang diadakan secara daring melalui aplikasi Zoom dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube PCINU Sudan ini menghadirkan dua pembicara yaitu; K.H. Ulil Abshar Abdallah sebagai Ketua Lakpesdam PBNU dan Dr. Kiai Ribut Nur Huda, M.A. sebagai Mustasyar PCINU Sudan. Dihadiri juga Ustaz Achmad Fauzi, LL.B. selaku ketua Tanfidziyah PCINU Sudan dan Bapak Sunarko selaku Dubes LBBP RI Sudan.
Pembicara pertama K.H. Ulil Abshar Abdallah memaparkan poin-poin mengenai tasawuf dan berbagai sudut pandang tasawuf secara universal. Beliau menyampaikan bahwa tasawuf bukan hanya ilmu yang diperuntukkan kepada orang-orang yang sudah pensiun. Melainkan ilmu tasawuf itu diperuntukkan kepada semua orang yang bergelut di dalam dunia sehingga manusia bisa melihat sisi yang dalam dari sesuatu yang biasanya orang-orang lihat tidak tampak.
Webinar dilanjutkan dengan pemaparan pemateri kedua oleh Dr. Kiai Ribut Nur Huda, M.A. yang banyak menjelaskan mengenai ajaran-ajaran tasawuf dan tarekat, khususnya yang ada di Sudan. Salah satu penjelasan beliau menjelaskan bahwa tasawuf itu menjadi inti karena berkaitan dengan hati. Beliau menganalogikan hati diibaratkan sebagai raja, akal sebagai menteri atau dewan pertimbangan, anggota tubuh sebagai pasukan. Dengan demikian, hati sebagai penentu utama.
Poin-poin Rangkuman Webinar:
1. Sering kali beberapa orang salah persepsi terhadap tasawuf yang menganggap bahwa ilmu tasawuf hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah pensiun padahal pada hakikatnya tasawuf diperuntukkan untuk orang-orang yang sedang menggeluti dunia.
2. Tasawuf dalam dunia Sunni adalah tasawuf yang menyeimbangkan antara agama dan syariat dengan tarekat dan hakikat karena dalam tasawuf orang-orang digambarkan sebagai orang yang melakukan perjalanan sebagai tujuan akhir kepada Allah Swt. sebagai sumber kebahagiaan yang hakiki. Tujuan tersebut tidak akan tercapai jika tidak ada kendaraannya berupa syariat.
3. Dalam dunia sufi, kita harus memahami sebuah simbol sebagai salah satu contoh cara Allah Swt. berbicara kepada hambanya. Maka barang siapa yang kesulitan memahami sebuah simbol atau tanda maka dia juga akan kesulitan memahami dunia sufi.
4. Tasawuf adalah persoalan hati yang juga merupakan inti dari agama.
5. Sebelum masa neo-sufi atau reformasi, tasawuf di Sudan dikenal begitu mistis karena didominasi oleh Al-Hukama Al-Ghuroba, yaitu syariat yang aneh, lalu pada abad ke-19 dimulailah neo-sufi.
6. Dari 40 juta orang di Sudan 80%-nya mengikuti tarekat.
7. Menurut Syekh Toha Al-Khubaisi umat Islam tidak boleh lepas dari 3 model; tekstualis, rasionalis, dan spiritualis. Yang ada di tengah-tengah tekstualis dan raisionalis adalah Asy’ari dan Maturidi.
Penulis: Jibran Hafidz (Aktivis Lakpesdam PCINU Sudan)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
One Response