K.H. Mahbub Ma’afi sebagai Ketua LBM serta delegasi dari PBNU berkesempatan berdiplomasi dengan para petinggi Majma’ Sufi ‘Amm Sudan pada Selasa (13/9). Kiai Mahbub didampingi Kiai Ribut Nur Huda (Mustasyar PCINU Sudan), K.H. Abdurrahman (Rais Syuriyah PCINU Sudan), Ust. M. Abdur Rokhim (Ketua Tanfidziyah PCINU Sudan), dan juga jajaran Syuriah-Tanfidziyah.
Baca juga MOMEN BERSEJARAH! NU dan Majma Fikih Islami Sudan Capai Nota Kesepakatan
Pertemuan tersebut berlokasi di Kediaman Syaikh Mukhtar Omdurman. Beliau adalah salah satu dari pendiri Majma’ Sufi Amm Sudan dan tokoh agama di Sudan. Selain Syaikh Mukhtar, petinggi Majma Sufi yang menyambut rombongan Kiai Mahbub di antaranya adalah Syaikh Dr. Shalahuddin al Khanjar (Wakil ‘Amin ‘Amm), Syaikh Muhammad al Anwar Idris (‘Amin I’lami), Syaikh Yasir ‘Abdullah, dan jajaran lainnya, serta perwakilan staf KBRI Khartoum, Bapak Dzikra Juninawan.
Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mempererat silaturahim antara NU dan Majma’ Sufi Sudan. Dua instansi yang berkecimpung di dunia sosial keagamaan tersebut juga berkomitmen untuk memperkuat visi keagamaan dan kebudayaan dalam pengejawantahan Islam moderat (wasathiyyah) dan spirit cinta tanah air (hubbul wathan).
Pertemuan yang disebut sebagai Halaqah Tafakkuriyah bersama antara NU dan Persatuan Ulama Sufi yang tergabung dalam Majma’ Sufi Amm Sudan tersebut berjalan saling memberi aspirasi, masukan dalam sebuah musyawarah bersama, bertukar ilmu, dan pengalaman kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, Majma’ Sufi menyambut dengan hangat dan antusias atas kunjungan delegasi PBNU Jakarta di Sudan. Sejarah berdirinya Majma’ Sufi dan visi-misinya pun menjadi topik pembahasan disertai obrolan tentang agenda-agenda Majma’ Sufi yang sedang dan atau akan dijalankan ke depannya.
PCINU Sudan dan Majma Sufi sendiri telah menjalin sejak 2018 silan. Pada pertemuan tersebut, keduanya menyepakati beberapa agenda kerja sama yang akan dilaksanakan ke depannya. Keduanya berdialog untuk saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan sistem tata kolala jam’iyah dan jamaah pada pertemuan tersebut.
Rombongan Kiai Mahbub berterima kasih atas sambutan yang sangat terhormat dari pihak Majma’ Sufi Sudan, serta menyampaikan salam dari Rais Amm, K,H. Miftakhul Akhyar dan Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf kepada ulama Sufi Sudan. Rombongan berharap melalui kesempatan mulia ini, bisa menjadi langkah untuk menyatukan visi dalam beragama antara NU dan Majma’ Sufi Sudan, serta menguatkan hubungan yang selama ini sudah terjalin bersama.
Terjadi dialog Bersama antara kedua instansi tersebut. Terdapat kesamaan antara Indonesia dan Sudan mengenai proses masuknya Islam di kedua negara ini, yakni sama-sama melalui cara dakwah moderatisme tasawuf dengan cara damai tanpa melalui pertumpahan darah.
Persamaan lainnya adalah bahwa Majmak Sufi berdiri sejak 2013 memang bertujuan untuk mengawal visi Keagamaan dan Kebudayaan sebagaimana cita-cita etis agama Islam, sementara NU berdiri juga sebagai bagian dari respons gerakan Wahabi yang bertolak belakang dari ajaran Islam dan Kontekstualisasi dinamika yang ada pada saat itu, 31 Januari 1926.
Majmak Sufi merupakan perkumpulan dari para Ulama Sufi Sudan yang ingin berjuang bersama dalam mendakwahkan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana jumlah tarekat Sufi yang ada di Sudan yang sekitar 50-an tarekat.
PBNU dalam struktural perkumpulannya mempunyai badan otonom yang bernama, Jam’iyah Ahlu at-Tariqah al-Mu’tabarah Nahdlatul Ulama (JATMAN) yang dipimpin langsung oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya, yang menaungi 43 tarekat mu’tabarah yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia.
PBNU mempunyai trilogi ukhuwwah yang diinisiasi oleh K.H. Ahmad Shiddiq (Rais Aam PBNU); Ukhuwwah Islamiyah, Ukhuwwah Wathaniyah, dan Ukhuwwah Basyariyah. Dengan begitu, NU menjadi pendamai dan solusi mengenai perdebatan “relasi agama dan negara”.
Dalam tubuh NU menggunakan politik kebangsaan sebagai dasar dalam spirit cinta tanah air, sebagaimana dawuh dari Hadlratussyaikh Hasyim Asy’ari, “Hubbul Wathan Minal Iman (cinta tanah air merupakan bagian dari keimanan)”.
Ketua Tanfidziyah PCINU Sudan, Ust. M. Abdur Rokhim menyampaikan sertamengingatkan tentang tanggung jawab berdakwah.
“Tugas kita bersama sebagai orang yang dimandatariskan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk berjuang dan berdakwah kepada umat adalah bisa Ri’ayatul Ummat menuju kemaslahatan yang esensial,” ujarnya.
Dari pihak Majma’ Sufi juga menyampaikan rasa syukurnya atas kunjungan rombongan dan kehadiran delebgasi PBNU, serta menekankan pentingnya interpretasi makna ihsan.
Baca juga Sepakati Kerjasama Beasiswa, Delegasi NU Kunjungi Universitas Al-Quran Omdurman
“Dalam kesempatan ini, dakwah yang kita gunakan tetap harus berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dengan tetap menggunakan interpretasi makna ihsan yang sudah diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu dengan cara perjuangan tasawuf,” ucap Syaikh Dr. Shalahuddin al Khanjar (Wakil Amin ‘Amm).//(Najmuddin)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
One Response