PCINUSUDAN.COM – Pada Sabtu 30 Juli 2022 M. bertepatan dengan awal tahun baru Hijriyan 1 Muharram 1444 H., telah diadakannya Seminar Internasinal 2022 PCI Muslimat NU Sudan yang bertemakan “Spirit Keilmuan dan Aktualisasi Peran Global Muslimah”. Acara ini bertempat di Auditorium Indimi Kampus International University of Africa. Dihadiri dengan kurang lebih 20 Negara, dari benua Asia, Africa dan Eropa. Seperti negara Indonesia, Thailand, Nigeria, Sudan Selatan, Uganda, Ghana, Chad, Togo, Kenya, Ghambia, Komoro, Somalia, Eriteria, Turki, Yaman, Palestina, Mozambik, dan Tanzania. Tidak lupa juga acara ini dihadiri oleh Duta Besar Republik Indonesia di Sudan.
Seminar Internasional merupakan acara tahunan yang diadakan oleh PCI Muslimat NU Sudan. Setiap tahunnya memiliki ciri khas masing-masing. Sebelum-sebelumnya acara Seminar ini dinamakan Seminar Nasional, jadi khusus warga negara Indonesia yang berada di Sudan saja. Kemudian tahun berganti tahun, acara seminar ini menjadi Internasional dengan mengajak teman-teman Mahasiswa dari berbagai negara yang ada di Sudan.
Acara pada kali ini diawali dengan membaca Alfatihah, pembacaan ayat suci al quran, menyanyikan Indonesia raya, lagu kebangsaan Sudan, dan yalal wathon. Setelah itu tidak lupa juga Ketua Panitia Seminar Internasioal, yaitu Saudari Zahrah Faizatun Nafiah menyampaikan laporan terkait Seminar ini:
“Saya perwakilan dari seluruh panitia mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Jam’iyyah Nahdlatul Ulama selaku Organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang telah memberikan kesempatan kepada kami semua untuk mengembangkan pola pikir, pengalaman, dan seluruh perkara baiknya. Terutama kepada Jam’iyyah yang berada di Sudan, baik PCINU ataupun Muslimat NU. Mengucapkan terima kasih juga kepada seluruh panitia agenda Seminar ini yang telah memberikan waktunya, tenaganya, dan pikirannya untuk mengatur acara ini. Terkhusus untuk seluruh pihak yang membantu baik secara material atau non-material. Kegiatan ini merupakan kegiatan puncak dari kegiatan kontinu yang didirikan oleh Bidang Pendidikan dan Kaderisasi PCI Muslimat NU Sudan dimulai dengan Kajian Turats dengan pembahasan fikih Mar’ah (Haid, Istihadloh, dan Nifas), kemudian dilanjutkan dengan Kajian Ilmiah yang kami sebut dengan ‘Lingkar Studi Perempuan Sudan’ yang membahas Perempuan atau Gender dalam Islam. Tujuannya diagendakan acara ini yaitu agar seluruh Muslimin dan Muslimah khususnya mengetahui dan sadar akan pentingnya peran Perempuan pada Zaman Sekarang ini dan Semoga acara ini mendapatkan keberkahan dan kemanfaatan yang tak terhingga”
Kemudian Ketua PCI Muslimat NU Sudan Ustazah Yustira Nurfadilah menyampaikan sambutannya:
“Kami atas nama PCI Muslimat NU Sudan mengucapkan terima kasih banyak kepada segenap hadirin yang telah hadir terkhusus kepada kedua pemateri, perwakilan peserta dari berbagai ittihad dan instansi, serta panitia Seminar Internasional ini. Muslimat Nahdlatul Ulama merupakan salah satu dari organisasi perempuan yang berkaitan dengan sosial keagamaan di bawah naungan salah satu ormas terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama yang berasas Islam dan menganut paham Ahlu As-Sunnah wa Al-Jama’ah. Organisasi ini didirikan atas kesadaran dari kaum perempuan NU yaitu pentingnya kehadiran dan keterlibatan perempuan dalam suatu kelompok perkumpulan atau organisasi karena perempuan juga memegang peranan penting dalam membangun dan mencerdaskan bangsa serta agar penyebaran dakwah Islam Ahlu As Sunah wa Al Jama’ah merata antara laki-laki dan perempuan. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan, Muslimat NU menjadi wadah untuk mengembangkan potensi diri dan sosial bagi anggotanya, serta untuk meningkatkan martabat perempuan dalam berbagai bidang yaitu pendidikan, dakwah, ekonomi, dan kesehatan. Dengan adanya Seminar Internasional 2022 ini yang sudah diselenggarakan keempat kalinya oleh PCI Muslimat NU Sudan dan dengan mengambil tema Spirit Keilmuan dan Aktualisasi Peran Global Muslimah sebagai wadah untuk memperkaya wawasan, pandangan global, dan memperkuat jaringan internasional dalam hal pemberdayaan perempuan. Semoga, Seminar hari ini mendapatkan hasil yang dapat menjadi solusi serta tidak hanya terhenti pada selesainya rangkaian acara hari ini, tapi diharapkan ada kelanjutan yang dapat disinergikan kedepannya”.
Dilanjut dengan sambutan Ketua Tanfidziyah PCINU Sudan Ustaz Abdur Rokhim B.S.:
”Seminar ini merupakan acara yang diadakan mulai sejak adanya PCI Muslimat NU Sudan, tujuan tema spirit keilmuan dan aktualisasi peran global muslimah ini berharap dengan membentuk akademi yang baik dan dengan manhaj yang benar. Kami yakini acara Seminar Internasional PCI Muslimat NU Sudan ini menjadi sebuah bentuk representasi dari aktualisasi peran nyata para perempuan Muslimah dalam kritis terhadap keadaan sosial yang sekarang ini terjadi. Kami atas nama Jajaran pengurus PCINU Sudan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada PCI Muslimat NU Sudan yang sudah menyukseskan agenda-agendanya selama ini, yang berujung pada acara puncak pada hari ini, dari diskusi mingguan yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Kami harap dalam seminar ini menghasilkan butiran-butiran gagasan yang brilian dan ada keberlanjutan dialog-dialog dalam aksentuasi gagasan sebagai konstruksi peran perempuan Muslimah”.
Di acara kali ini Duta Besar Indonesia Bapak Sunarko menyampaikan sambutan “Seminar ini membahas tentang pentingnya pendidikan bagi setiap orang, khususnya pada peran global muslimah agar mampu menjadi pemimpin dan berkontribusi dalam segala aspek, kita sebagai muslim harus bisa menjaga perempuan semaksimal mungkin. Di zaman sekarang seharusnya perempuan mampu berperan dalam publik, ekonomi, serta politik. Seminar semacam ini diharapkan dapat memberikan dorongan kuat bagi muslimah di Indonesia, Sudan dan negara-negara muslim lainnya di seluruh dunia untuk meningkatkan kontribusinya di skala internasional. Di antara tokoh perempuan muslimah yang menginspirasi adalah Mantan Presiden Indonesia, yaitu ibu Megawati Soekarno Putri, Mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan Benazir Butto, dan PM Banglades, Hasina Wajid. Mereka merupakan contoh dari sebagian perempuan muslimah yang mencapai posisi tertinggi di dalam pemerintaan, sejajar dengan pemimpin pria lainnya. Pentingnya pendidikan sebagai kunci utama untuk perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, melalui pendidikan perempuan mendapatkan kesempatan dan peluang lebih luas untuk berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa, negara, bahkan dunia.”
Pada kesempatan kali ini, Ibu Yeni Wahid Ketua Tanfidziyah PBNU selaku keynote speaker, beliau menyampaikan “Kita sama-sama tahu kehidupan yang global ini begitu banyak tantantangn dan peluang, semuaya itu kita harus mampu hadapi dengan keberanian dan kemauan dengan bekerja keras خير الناس أنفعهم للناس. Sebuah konsep bahwa manusia berguna adalah mereka yang berguna bagi masyarakat. Globalisasi merupakan pastinya membawa peluang dan tantangan, beberapa hal tantangan yang terjadi pada diri manusia diantaranya yaitu :
1). Era Distruksi, Distruksi terjadi karena pengembangan teknologi, pandemi dan lain sebagainya. Sekarang pun komunikasi sudah berbeda yang mana dulu ketika berkomunikasi langsung melalui fisik bertemu muka tetapi sekarang melalui video, zoom dengan online bisa di lakukan. Namun pola komunikasi kita pun berubah karena social media, social media membawa keuntungan dan tantangan, salah satu keuntungannya adalah ketika kita saling terhubung dengan mudah , dan ketika ada isu di tingkat local bisa menjadi isu di tingkat global. Namun tantangannya sekarang manusia banyak yang hidup di tataran virtual di bandnglan di tataran fisikal, ini membawa tantangan karena orang berlindung dibalik akun-akun palsu, anonym untuk saling menjelekkan satu sama lain. dan juga anak menjadi lebih jauh dari orang tua dan lebih cenderung mencari jawaban masalah mereka lewat Google, bukan bertanya pada orang tua atau kiai dan lain sebagainya. Ini tentu membuat para oang tua orang=orang senior di masyarakat harus mampu menggantikan peran atau mampu mengimbangi peran tersebut dengan kebijakan atau sesuatu yang baru, sehingga anak-anak muda tidak hanya bertanya kepada google tetapi bisa bertanya kepada orang-orang disekelilingnya bisa menjadi rujukan ketika menghadapi masalahnya.
2) Tantangan Ekologi, ekologi diakibatkan dari pemanasan global. Iklim dunia menjadi begitu berbeda saat ini banyak beribu orang meninggal di eropa karena ada Hidewafes atau gelombang panas yang menerpa eropa, disana orang-orang tidak punya persiapan karena mereka tidak punya AC misalnya sehingga banyak orang-orang tua yang memiliki penyakit bawaannya kemudian tidak bisa mengatasi tantangan alam dan akhirnya menderita sehingga berpulang kerumah ilahi. Tantangan ekologi selanjutmya yaitu banyak terjadi banjir, tanah longsor. Kekeringan di seluruh dunia, karena dunia ini mengalamai pemanasan global oleh manusia itu sendiri tidak melkukan kehidupan yang bersahabat dengan alam. Karena itu tugas diri kita sebagai muslimat Nahdlatul Ulama adalah untuk membangun kesadaran tentang lingkungan hidup dimulai dari kita sendiri dengan cara mempraktekan gaya hidup yang green atau yang lebih hijau.
3) Persoaalan emosi, sekarang social media sangat mudah mengaduk-aduk emosi orang kadang-kadang melihat judul sebuah berita tidak menelah isinya bersama mengambil kesimpulan, orang dengan mudah terprovokasi oleh ujaran-ujaran kebencian, orang dengan mudah menghujat. Tugas para muslim dan muslimah terutama para anggota Nahdlatul Ulama yang berada di luar negeri adalah untuk mendinginkan suasana, mengajak orang untuk tetap sabar, mengajak istiqomah dlam menjalankan kebaikan disekitarnya, mengajak orang agar tetab bersikap tasamuh, odrat, adil dalam sesame apapun agamanya. Sekarang kita sama-sama tahu bahwa dunia tidak ada 1 kampung/negara yang dihuni oleh masyarakat tertentu saja. Misalnya Indonseia dikenal dengan mayoritas muslim tetapi ada juga yang non muslim.di Amerika mayoritasnya non muslim tetapi ada juga yang muslim. Ini tentunya membawa dinamika di masyarakat ketika kelompok mayoritas di sebuah negara memperlakukan warga minoritas dengan tidak adil misalnya, maka di negara lain kelompok muslim dilakukan dengan tidak baik. Umat muslim dikenal sebagai umat yang Rahmatan Lil’alamin, menjadi pengayom. Menjadi umat Islam yang ramah yang mengajarkan ta’awun.
Dengan ini saya berharap teman-teman PCINU yang ada di Sudan menjadi penerang di tempatnya masing-masing. Sehingga umat Islam yang ada di Indonesia menjadi uswah di tengah masyarakatnya. Semoga teman-teman PCINU Sudan bisa menjadi contoh bagi teman-teman PCINU lainnya.
Kemudian dilanjut dengan acara inti yaitu Seminar Internasional dengan 2 Narasumber. Narasumber pertama yaitu Dr. Nawal Musthofa Daf’ullah beliau dari Sudan, Narasumber kedua yaitu K.H. M. Luqman Hambali beliau dari Indonesia. dan juga merupakan Mustasyar PCINU Sudan. Setelah itu dilanjut dengan doa dan foto bersama.//(Atikal)