Balutan Debu Negeri Darwis

Darwis

Tiada bungkam bagi mulut yang didera ribuan duka lara
Tiada karam bagi hati yang terus dihujani jutaan asumsi akan pribadi yang berdikari
Hati mantap, namun tak siap menetap
Terbawa cemas pun akhirnya berkemas
Sepi tanpa isi, hilang tanpa bayang, dan tegak tanpa pijakan
Nampak kegersangan diri akibat ambisi dan cita yang terus menjadi-jadi
Terjerumus dalam lika-liku arus tanpa rumus
Berkarat dengan lebam luka yang membekas sepanjang usia
Hingga berpikir untuk senang saja, memasuki masa tenggang dan terlihat aksara kadaluarsa

Ragamu memang kokoh
Setegak gunung dalam menopang langitnya
Tawamu pun sering kali pecah terdengar nyaring
Hingga Nebula di tengah matamu hilang tak tersisa
Yang senyumannya selalu mengembang dari masa ke masa
Hingga tak sadar jika Pluto menghilang dari struktur tatanannya

Lupakah dengan jiwamu yang ruai?
Mengaku saja jika itu yang bisa melepasmu dari qolbu yang pilu
Berterus teranglah, jika itu sebab pulihnya nurani yang terbentur hancur
Merehatkan asa yang tersesat
Dan jiwa yang terguncang hebat
Tersungkur bertawajuh pada pencipta
Bercerita dan berbincang hebat
Akan beratnya sebuah jarak
Pahitnya untuk pamit
Dinginnya sebuah ingin
Pun, kelunya sebuah rindu

Angin tak ingin menjadi saksi akan sepi
Begitupun semesta yang tak ingin resah akan sebuah pisah
Bahkan matahari tetap diam bersemayam
Tak ingin melihat tangis akan masa yang perlahan terkikis habis

Kokohkanlah,
Butuh keikhlasan tanpa tapi
Semangat yang terus bersemi
Sabar yang tak kenal kata henti
Serta candu akan ilmu yang semakin menjadi

Berproseslah wahai diri, diimbangi bukti dan ambisi
Untuk menjadi pribadi yang elok dipandang Sang Pencipta diri

Penulis: Cut Risma Nurjanah
Kampus: International University of Africa

Tinggalkan Balasan