Komunitas Ilmu al-Qur’an (KOMIQ)

Komunitas Ilmu al-Quran

Dalam lingkup PCINU Sudan pada khususnya dan Sudan pada umumnya, Sudan adalah salah satu negara timur tengah yang menjadi objek pembelajaran bagi para mahasiswa Indonesia dengan berbagai aspek kebutuhan akan hausnya penuntut ilmu di sana.

PCINU Sudan di sini menjadi sebuah wadah keilmuan yang bisa dikatakan sebagai pasar keilmuan, di mana ia memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa Indonesia terkhusus kebutuhan dalam berbagai macam ilmu. Akan tetapi dalam lingkup pembelajaran, banyak background mahasiswa-mahasiswanya yang berbeda-beda, sehingga memicu paham yang tumpang-tindih di antara satu sama lain maupun dalam perkembangan pemikirannya.

Oleh karena itu, banyak komunitas hadir dalam lingkup PCINU Sudan yang salah satunya adalah KOMIQ (Komunitas Ilmu al-Qur’an) di bawah komando Ahmad Kharirussofa sebagai Ketuanya. Komunitas ini lebih fokus dalam kajian yang berkesinambungan dengan Al-Qur’an, mulai dari dasar hingga perkembangan ilmu tafsir, bahkan metodologi penafsiran dalam ranah menjembatani atmosfer keilmuan dalam konteks mahasiswa Sudan.

Visi Komunitas KOMIQ ini adalah sebagai wadah bagi para pegiat al-Qur’an yang dapat mengaplikasikan Kalam Ilahi ini sebagai pedoman yang relevan sampai akhir zaman dengan cara mengkaji secara dalam dan luas dengan berbagai perspektif.

Dalam komunitas yang baru lahir pada tahun ini awalnya memang bersifat internal yang menyasar anggota LPQ (Lembaga Pengkajian Al-Qur’an) PCINU Sudan, sebagai fasilitator yang tidak hanya menyediakan waktu dan tempat, akan tetapi menjadi penanggung jawab atas pengangkatan tema dan juga penguatan internal dalam kajian kontinu setiap dua minggu sekali yang bersifat tematik.

Diskusi komunitas ini berjalan satu minggu sekali yang tepatnya pada Senin malam Selasa dengan mengkaji tema yang akan diadakan dalam minggu itu. Lalu pada minggu yang lainnya kami mengkaji kitab dasar yaitu al Qawa’uid al Asasiyah karya Sayyid Muhammad sebagai pijakan dalam perkembangan ilmu-ilmu tentang al-Qur’an.

Teknis yang kami gunakan juga tidak jauh berbeda dengan komunitas lain, yaitu dengan menggunakan sistem pemateri dan moderator, di mana mereka sudah ditentukan dalam pertemuan mingguan tersebut.

Harapan kami, komunitas ini semakin berkembang dan mengembangkan sayap yang tidak hanya dinikmati oleh internal LPQ maupun Santri PCINU Sudan saja, namun sebagai wadah para pegiat al-Qur’an dari berbagai kalangan dalam atmosfer keilmuan yang senantiasa menjaga eksistensi al-Qur’an yang relevan sampai akhir zaman.

Baca juga Perkembangan Metodologi Penafsiran Al-Quran Dari Masa Diturunkannya Hingga Masa Modern-Kontemporer

Tinggalkan Balasan