Bertambahnya kuantitas jumlah anggota di lingkup internal Nahdlatul Ulama Sudan, memicu semangat aktivis untuk mengkaji dan mendalami khazanah ilmu pengetahuan, terkhusus yang berkaitan dengan khazanah keislaman dan pengetahuan keumuman.
Rasanya tidak cukup jika hanya mengandalkan belajar dibangku formal kampus lalu pulang dengan membawa segudang pertanyaan tanda tanya besar. Banyak pengetahuan yang diajarkan di bangku kuliah yang hanya bisa dipelajari dengan pedoman teks tertulis, dirasa sangat monoton tanpa adanya dialog lebih lanjut untuk mendapatkan berbagai macam perspektif sudut pandangan arah yang beragam. Hal ini menjadi kegelisahan tersendiri bagi kita yang mengidentitaskan diri sebagai mahasiswa. Bagaimana harus menyikapi hal itu?
Dengan atas dasar kebutuhan asupan gizi dan mengidentitaskan jati diri kita sebagai mahasiswa, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) Nahdlatul Ulama Sudan membentuk wadah dialog diskusi mendalami bidang kajian keilmuan seperti Ushul Fikih, Mantik, Tasawuf, yang sudah terlaksana pada pekan-pekan sebelumnya, dengan diskusi tema sistemik disetiap pertemuannya dengan nama Komunitas Ngopi Ngalor Ngidul atau biasa disebut komunitas 3NG.
Komunitas ini awalnya khusus diperuntukkan untuk aktivis internal LAKPESDAM, lambat laun dirasa oleh para aktivis internal sudah merasa cukup mendapatkan buahnya dan sudah ada kesiapan tampil lingkup keumuman. Wal hasil, komunitas ini menjadi komunitas bagi siapa saja yang ingin bergabung bersama (gratis Tampa dipungut biaya..hhe).
Visi komunitas yang sekarang dikomandoi oleh Gugus Budi Hartawe alias Badui ini adalah menjadikan wadah yang berkualitas dalam bidang penalaran dan menjadi poros diskusi dan pengembangan sumber daya internal Nahdlatul Ulama Sudan dan mahasiswa/i Indonesia di Sudan
Ciri khas dari komunitas ini menekankan untuk mengedepankan kualitas daripada hanya sekadar jumlah kuantitas. Dari waktu ke waktu semenjak berdirinya komunitas ini, penanggung jawab dan anggota komunitas senantiasa mempertahankan tipologi tersebut. Terus selalu berusaha konsisten dalam menjalankan kegiatan diskusi, tidak peduli yang datang hanya dua atau tiga orang saja, karena bagi aktivis komunitas, kualitas adalah bahan dasar pembuka bagi terbukanya setiap mata dan nalar akal dalam melihat potensi dan peluang di masa yang akan datang.
kita akan dibuat senyaman mungkin dengan secangkir kopi dan teh yang menemani jalannya diskusi tanpa kehilangan esensi pembahasan di setiap pertemuan
Komunitas ini bisa dikatakan cukup sederhana dengan pembawaan yang santai. Tidak ada pengeras suara, tidak ada papan tulis dengan spidol dan penghapus, apalagi di dalam ruangan dengan berbagai hal-hal formal yang menyertainya. Hanya ada bacaan yang banyak yang harus dipersiapkan dan diskusi yang berjalan secara sistemik. Atas dasar kesadaran dari masing-masing individu yang bergabung dalam komunitas ini, kita akan dibuat senyaman mungkin dengan secangkir kopi dan teh yang menemani jalannya diskusi tanpa kehilangan esensi pembahasan di setiap pertemuan.
Pelaksanaan kegiatan diskusi diadakan setiap seminggu sekali. Mula-mula pada pertemuan pertama, penanggung jawab dan anggota komunitas akan menentukan kajian keilmuan yang akan dibahas. Setelah ditentukan, nantinya penanggung jawab akan menyusun rangkaian pembahasan dalam setiap pertemuan dengan bentuk sub tema yang runtut. Dimulai dari latar belakang, hingga sampai pada akhir ujung kesimpulan pembahasan dalam bidang keilmuan.
Konsep diskusi dikemas dengan menentukan pemantik dan moderator yang ditunjuk secara bergiliran dari setiap anggota komunitas. Satu minggu sebelum pertemuan berlangsung, penanggung jawab diskusi akan mengumumkan pemantik dan moderator diskusi di grup komunitas. Setelahnya, penanggung jawab akan membagikan berbagai macam referensi bacaan terkait tema bahasan, berikut anggota komunitas yang juga melempar referensi bahan bacaan.
Pada hari yang sudah ditentukan, moderator akan membuka jalannya diskusi dan mempersilakan pemantik untuk memaparkan gambaran besar dari tema bahasan selama beberapa menit. Para anggota yang hadir tentunya harus memperhatikan dengan baik agar nantinya bisa mencerna dan merespon dengan baik apa yang dipaparkan oleh pemantik. Sehingga nantinya diskusi akan berjalan baik dan tidak hanya satu arah dan memperoleh kesimpulan yang matang dari setiap anggota komunitas yang hadir.
Dengan berdirinya komunitas Ngopi Ngalor Ngidul (3NG) ini, besar harapan dapat melahirkan Aktivis pengkaji yang berkualitas dengan senantiasa mengedepankan nalar yang kritis, humanis, berkarakter, dan mampu memahami perubahan yang ada di tengah-tengah masyarakat nantinya.
Baca juga Benarkah Wanita Sumber Segala Dosa dan Kejahatan?
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
One Response