Dinamisasi perkembangan zaman yang kian melesat serta semakin kompleks problematika yang harus dihadapi pula, hal ini menuntut semangat jiwa keseriusan aktivis pelajar Indonesia di Sudan untuk mengkaji dan mendalami khazanah keilmuan klasik maupun kontemporer termasuk di dalamnya berkaitan dengan pondasi (mabadi’) dasar keilmuan.
Alur pembahasan mengenai keilmuan tidak cukup hanya sebatas seorang pengkaji membaca teks hitam putih tanpa menyelami lebih dalam maksud makna dan tujuan dari seorang pengarang tuturkan. Akan tetapi dibutuhkan berbagai perspektif sudut pandang sehingga melahirkan gagasan-gagasan inovatif dan kreatif dalam pembacaan teks-teks klasik maupun kontemporer.
Pembekalan keilmuan, baik yang didapat dari pendidikan formal maupun nonformal memiliki peran tersendiri. Tetapi mayoritas pelajar di Sudan mengatakan bahwa hasil yang diperoleh dari bangku kelas formal tidak cukup mengenyangkan dan kurang efektif dalam menghadapi seluruh problematika konteks zaman bahkan cenderung kepada pemahaman yang radikal dan disfungsional karena pengetahuan ilmu yang diperoleh dari kelas formal berasal dari teks tertulis dan uraian dari pengajar tanpa adanya dialektika dinamis dari berbagai perspektif yang mendalam dan pengembangan pembahasan lebih lanjut.
Disamping itu, literatur klasik (turats) sebagai intern representasi keilmuan pondok pesantren Nahdlatul Ulama dalam menjawab seluruh problematika kontemporer dianggap sebagai penyebab mundurnya peradaban Islam modern karena menghasilkan pemahaman yang usang. Tetapi, melalui analisa mendalam, literatur klasik sebagai basis pemahaman rujukan inti melalui proses diskusi/musyawarah mendalam yang menjadi tradisi khas pondok pesantren NU justru lebih relevan, bahkan menghasilkan gagasan-gagasan segar, lezat, dan sekaligus siap nan sangat pantas untuk dihidangkan. Walhasil implementasi literatur klasik (turats) merupakan wujud kontribusi peran nyata akan gagasan yang sangat mahal untuk ditawarkan.
Berangkat dari kondisi tersebut, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PCINU Sudan melakukan langkah transformatif dengan membentuk komunitas diskusi intelektual khas pesantren NU bernama Khadim Al-Turats yang saat ini diketuai oleh Saudara A’azliansyah Farizil Anam (aktivis Lakpesdam PCINU Sudan 2021-2022) dan merupakan wadah dalam mengkaji berbagai macam fan keilmuan dengan literatur kitab klasik sebagai sumber pijakan.
Visi Komunitas Khadim Al-Turats adalah mengupayakan pelestarian diskusi/musyawarah literatur klasik sebagai manhaj utama dalam setiap diskursus ilmu pengetahuan di kalangan pelajar Sudan.
Adapun misi Khadim Al-Turats;
pertama: sebagai ruang penempaan keterampilan, kreativitas, dan kualitas intelektual pelajar Sudan, terutama Santri NU Sudan. Kedua: mempersiapkan kader-kader aswaja an-nahdliyyah yang mumpuni dalam mengakomodir ragam perbedaan dalam konstruksi keilmuan.
Teknis pelaksanaan berupa kajian diskursus satu fan ilmu yang bersifat gayeng santai dengan pedoman satu kitab klasik dalam setiap minggunya. Awalnya, penanggung jawab akan menentukan beberapa komponen berupa waktu, tempat kajian, pemantik, dan moderator secara bergilir, kemudian menentukan tema yang akan dibahas oleh pemantik secara sistemik dan moderator bertugas sebagai nahkoda alur diskusi. Kemudian kegiatan disosialisasikan melalui broadcast pengumuman Whatsapp Group (WAG). Terakhir, penanggung jawab akan menyebarluaskan hasil diskusi/musyawarah berupa broadcast Whatsapp setelah kegiatan selesai.
Komunitas Khadim Al-Turats memiliki karakteristik tegang tapi tidak formal. Hal ini terbukti dari antusiasme para peserta ketika menyampaikan pemahaman masing-masing dengan pembawaan yang keras. Hal ini juga berdampak pada kualitas pemahaman karena para peserta dituntut tampil kritis dan percaya diri terhadap pemahamannya tanpa melihat kelas tingkatan individu yang ada.
Diharapkan dengan pembentukan Komunitas Khadim Al-Turats ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap grafik intelektual pelajar Indonesia di Sudan, terutama Santri NU Sudan. Kiranya kedepan mampu melahirkan kader intelek yang berkualitas, bernalar kritis, dengan pijakan dasar kitab-kitab karya ulama klasik ataupun kontemporer.
Baca juga Komunitas Ngopi Ngalor Ngidol (3NG)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)