Benarkah Wanita Sumber Segala Dosa dan Kejahatan?

Wanita

Anak kelahiran tahun 2000-an pasti tidak asing dengan potongan lirik lagu The Changcuters: “Wanita racun dunia…” atau yang lumrah kita dengar bahwa seseorang bisa hancur karena harta, tahta, dan wanita. Namun yang akan saya sorot kali ini adalah sebab terakhir, yaitu makhluk indah ciptaan Tuhan yang bernama ‘Wanita’ yang di mana ia dianggap sebagai ‘sumber segala bencana’.

Gagasan ini sangatlah masyhur di pelbagai belahan dunia. Ia pun menjadi salah satu motivasi Barat dalam memperjuangkan gender yang di mana wacana ini timbul sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap gereja. Gereja menganggap perempuan sebagai ibu dari dosa yang berakar dari setan jahat. Juga perempuan lah yang menjerumuskan laki-laki ke dalam dosa dan kejahatan serta menuntunnya ke neraka. (Bana Fatahillah, Capita Selecta; Pendidikan & Pemikiran Islam dari Teras Al-Azhar, hal. 121)

Bahkan anggapan ‘perempuan sumber segala kesalahan’ (al-mar’ah ashlu al-khathiaat) banyak kita temukan dalam kitab-kitab tafsir, hadits, dan perkataan-perkataan Arab, seperti dalam Tafsir At-Thabari yang menceritakan bahwa Hawa (nama istri Nabi Adam yang diambil dari israiliyyat) adalah orang yang dihasut setan untuk memakan syajarah ketika di surga dan Hawa lah yang menghasut Adam untuk ikut memakannya. Tapi apakah cerita seperti ini benar adanya?

Prof. Dr. Muhammad Salim Abu Ashi dalam salah satu vidio saat beliau menjadi tamu di acara stasiun televisi kanal Al-Nahar Mesir memberikan jawaban tentang dakwaan ini. Beliau mengatakan bahwa salah satu karakteristik Tafsir At-Thabari adalah dipenuhinya tafsir ini dengan israiliyyat, yaitu keterangan-keterangan yang diambil dari kitab-kitab Yahudi dan Nasrani.

Muhammad Abu Syuhbah pernah berkata dalam kitabnya Al-Israiliyaat wal Maudhuaat fi Kutub At Tafsir, meskipun ada kebenaran dalam israiliyat, namun kesalahannya jelas lebih banyak. Maka memasukkan israiliyyat dalam kitab tafsir, hadits, sirah, dan lainnya adalah hal yang sangat perlu dihindari. Namun Prof. Salim Abu Ashi tidak menyacatkan cerita ini dari segi sumbernya. Melainkan dengan meninjau ayat-ayat Al-Quran yang membahas cerita Nabi Adam saat diusir dari surga.

Jika kita lihat redaksi dari Surat Al-Baqarah: 36, setan itu menggelincirkan Adam dan istrinya, dengan redaksi sekaligus “fa azallahuma as syaithan” tanpa memisah keduanya. Apalagi mendahulukan istri Nabi Adam dibanding beliau sendiri. Atau dengan diksi yang berbeda dalam surat yang lain, setan membisikkan keduanya sekaligus seperti dalam surat Al-A’raaf: 20 “fa waswasa lahuma as syaithan”. Atau jika kurang, kita akan menemukan redaksi yang 180° berbeda dengan cerita yang tersebar dalam masyarakat. Bahwa justru nabi Adam lah yang dibisiki setan, bukan Hawa “fa waswasa ilaihi as syaithan” (QS. Thahaa 20:120) karena kata gantinya kembali kepada Adam.

Jika Al-Quran yang kelasnya pasti (qath’i) dibenturkan dengan riwayat yang masih praduga (dzonni) atau bahkan kita katakan itu adalah israiliyyat maka jelas kita harus menolak riwayat tersebut. Kita harus membuang jauh-jauh dari otak kita bahwa wanita lah orang yang pertama kali melakukan dosa dalam penciptaan manusia.

Lalu bagaimana dengan Al-Quran yang mengatakan bahwa tipu daya wanita sungguh besar. Sedang tipu daya setan itu lemah? Kita harus melihat siapa yang mengatakan kedua kalimat tersebut. Yang mengatakan bahwa tipu daya setan lemah dalam surat An Nisa: 76 adalah Allah sendiri. Sedangkan yang mengatakan tipu daya wanita itu dahsyat dalam surat Yusuf: 28 adalah suami Zulaikha.

Sepantasnya kita menjunjung tinggi martabat wanita sebagai sekolah pertama anak-anak kita

Masyarakat yang lurus bermula dari keluarga yang baik. Keluarga yang benar bermula dari wanita yang baik-baik pula. Maka sepantasnya kita menjunjung tinggi martabat wanita sebagai sekolah pertama anak-anak kita. Kalau pun kehidupan seseorang dihancurkan oleh wanita, itu bukan karena wanitanya, melainkan karena orang itu sendiri yang tidak tahan dengan nafsunya. Karena fitrah wanita memang diciptakan sebagai perhiasan dunia. Orang mana yang tidak silau matanya dengan perhiasan?

Penulis: M. Iqbal Marzuqi (Mahasiswa Al-Azhar Mesir)

Baca juga Syekh Ramadhan Al Buthi Mengungkap Alasan Arab Dipilih Sebagai Tempat Lahirnya Islam

Tinggalkan Balasan