PCINUSUDAN.COM – Dalam rangka menghadapi tantangan dan perubahan zaman, serta memeriahkan peringatan Harlah NU ke-96, Lapesdam PCINU Sudan mengadakan tradisi keagamaan Nahadlatul Ulama, yakni Bahtsul Masail Santri (Istinbath jama’i ala santri) pada Senin (7/02) di halaman Wisma PCINU Sudan.
Acara ini dimaksudkan untuk membangun tradisi keagamaan yang selalu up to date dan tanggap terhadap tantangan dan perubahan zaman dengan upaya pemahaman secara manhaji atau istislahi dalam al-kutub al-mu’tabarah secara kontekstual demi mencapai kemaslahatan esensial.
Acara berlangsung dengan dua sesi dalam setiam pembahasan yang diangkat. As’ilah (pertanyaan-pertanyaan) yang sebelumnya telah dikirimkan oleh si penanya kepada panitia Lakpesdam adalah problematika Hurriyah, Adalah, Salamah dan Transplantasi Organ Tubuh. Para musyawirin pun nampak bersemangat dalam membantu menyelesaikan permasalah yang telah ditetapkan oleh panitia.
Menurut Rais Syuriyah PCINU Sudan, K.H. Khafidzul Umam, Bahtsul Masail Santri ini dapat memberikan kepekaan peserta terhadap perubahan zaman yang selalu ada persoalan hukum Islam yang perlu dibahas bersama-sama.
“Bahtsul Masail di NU Sudan seperti ini dilaksanakan di setiap tahun dengan berbagai macam persoalan. Artinya, sebagai santri dituntut update dan peka terhadap keadaan, agar dapat menyikapi sebuah peristiwa dengan hukum-hukum sesuai syariat berdasarkan kemaslahatan,” kata K.H. Khafidhul Umam
“Apalagi bahtsul masail kali ini membahas isu yang sangat aktual di Sudan, salah satunya yaitu demo berkepanjangan. Tentu hal ini sangat penting sekali untuk kita bahas,” lanjutnya.
Latar belakang kegiatan
Pendidikan pada era globalisasi, dituntut adanya kemajuan tidak sekedar mencukupi kebutuhan kognisi level rendah. Pendidikan diharapkan berorientasi pada kemampuan aplikatif bahkan analisis. Terjadinya ledakan pengetahuan menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekedar mengingat fakta menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis.
Bahtsul Masail adalah forum diskusi agama yang mengakar kuat dan menjadi tradisi di kalangan pesantren. Forum ini secara normatif diadopsi dan diatur dalam kelembagaan NU.
Bahtsul Masail merupakan usaha perumusan fatwa kolektif melalui diskusi bersama oleh para ahli. Kesepakatan hukum dari fatwa kolektif adalah representasi kelompok yang lebih kuat dari fatwa individu. Fatwa kolektif yang lahir dari ijtihad kelompok memiliki kelebihan, yaitu: menerapkan prinsip musyawarah, serta mewujudkan sikap saling melengkapi.
Forum ini melatih para pesertanya untuk berpikir terbuka dan tidak kaku dalam memutuskan persoalan. Selain itu, Bahtsul Masail juga menjadi pengejawantahan tanggung jawab ulama dalam membimbing dan memandu kehidupan keagamaan masyarakat sekitarnya.//(Najmuddin)
Baca juga NU Care LAZISNU Sudan Bantu WNI yang Menderita Breast Cancer
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
One Response