Generasi milenial paling erat kaitannya dengan Revolusi Industri 4.0 atau yang disebut dengan Revolusi Industri generasi keempat. Pada revolusi ini menitikberatkan pola digitalisasi dan otomasi di semua aspek kehidupan manusia. Banyak pihak yang belum menyadari adanya perubahan tersebut terutama di kalangan akademisi, padahal semua itu adalah tantangan generasi muda atau generasi milenial saat ini. Apalagi di masa sekarang generasi milenial mempunyai tantangan tersendiri dalam menghadapi era revolusi digital (Society 5.0 Dan Revolusi Industri 4.0)
Generasi yang lahir mulai tahun 1980-1990-an atau 2000-an disebut sebagai generasi milenial dengan karakter pribadi yang kreatif, terbiasa berpikir out of the box, percaya diri, memiliki ide dan gagasan yang cemerlang, pandai bersosialisasi, serta berani menyampaikan pendapat di depan publik melalui media sosial. Munculnya generasi ini sebagai akibat kemajuan sains dan teknologi. Generasi milenial cenderung selalu ingin mencari tahu mengenai perkembangan zaman. Mereka sangat bergantung pada media sosial namun mereka belum memiliki filter yang kuat untuk dapat menyaring informasi yang diterima. Nampak terlihat kecenderungan pengguna internet yang sering tidak peduli dengan nilai-nilai moral dan etika dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi di media sosial. Generasi milenial juga mempunyai tantangan dalam menghadapi era baru di kehidupannya, yakni era society 5.0. Society 5.0 sebagai komplemen Revolusi Industri 4.0 perlu diarahkan pada peran generasi milenial untuk kemajuan bangsa di masa mendatang.
Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology based). Perkembangan teknologi yang begitu pesat, termasuk adanya peran-peran manusia yang tergantikan oleh kehadiran robot cerdas. Untuk itu diperlukan pemahaman society 5.0 yang berbasis spiritualitas dan kebudayaan sebagai bekal bagi proses pengembangan generasi milenial yang siap dengan problematika dan tantangan.
Sering tampak berbagai persoalan di era instan ini. Seperti maraknya praktik politisasi agama, penyalahgunaan dakwah, eksploitasi umat, hingga banyaknya hate speech, hoax, dan fitnah kini membanjiri wajah keberagaman bangsa. Menghadapi era seperti ini sudah saatnya generasi milenial turut andil dalam menyebarkan konten positif. Setiap bangsa sangat berharap dapat menghadirkan generasi milenial yang berkualitas dan berkeseimbangan, baik dari aspek agama, pendidikan, keterampilan, keberadaban, kesejahteraan, dan sosial.
Generasi milenial yang berkualitas sesungguhnya harus disiapkan melalui beberapa tahap yakni; penanaman unsur akidah, syariah, dan akhlak secara kuat dan maksimal, sehingga melahirkan generasi milenial yang cerdas, sabar, dan saleh. Memberikan bekal ilmu, sains, dan keterampilan berbasis teknologi, sehingga melahirkan generasi yang profersional dan inovatif. Menyiapkan lingkungan, tradisi, dan budaya hidup yang mampu mendorong lahirnya generasi yang berkarakter, berintegritas, dan istikamah.
Seorang muslim yang baik adalah yang mampu membumikan nilai-nilai Al-Qur’an. Nilai-nilai yang membuat perilaku muslim disebut sebagai pribadi yang ber-akhlakul karimah. Ajaran-ajaran yang ada dalam Al-Qur’an adalah pedoman alam semesta. Jika diamalkan, maka akan membentuk karakter yang baik. Karakter seperti inilah yang harus dimiliki generasi milenial dalam menyongsong era society 5.0.
Baca juga: Merdeka dan Setara
Society 5.0
Society 5.0 merupakan revolusi cara masyarakat menyelesaikan masalahnya dan memenuhi kebutuhan hidup. Dimulai dari fase society 1.0 yaitu hunting dan gathering yang ditandai dengan kebiasaan berburu, fase society 2.0 yaitu agriculture yang ditandai dengan kebiasaan bercocok tanam, fase society 3.0 yaitu industry yang ditandai dengan pemanfaatan produk-produk industri, fase society 4.0 yaitu informasi yang ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi, dan yang terakhir fase society 5.0 yaitu new society yang menawarkan masyarakat agar berpusat pada manusia yang membuat seimbang antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem hubungan dunia maya dan dunia nyata yang dihubungkan oleh data dan menggerakkan segala sendi kehidupan manusia saat ini hingga di masa mendatang, karena teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Masa pandemi Covid-19 merupakan tantangan yang harus dipraktikkan oleh para pelaku konsep society 5.0. Sejauh mana efektifitas konsep society 5.0 ini menjadi tumpuan masyarakat untuk keluar dari masalah., atau paling tidak, peran society 5.0 dalam mewujudkan adaptasi baru masyarakat dunia yang disebut dengan “New Normal”.
Beberapa Negara sudah mendeklarasikan ‘perdamaian’ dengan Covid-19. ‘Perdamaian’ tersebut memiliki pengertian hidup berdampingan dengan Covid-19, karena sudah tiba pada kesimpulan bahwa Covid-19 ini tidak mungkin hilang atau dimusnahkan dari kehidupan masyarakat. Sejauh mana tingkat keberhasilan nantinya manusia bisa hidup berdampingan dengan Covid-19, waktu yang akan membuktikan. Wallahu A’lam.
Penulis: Ida Nurjannah
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
One Response