Jangan Tunda Hafalanmu – Malam masih sunyi seperti biasanya, gelapnya langit di sepertiga malam dihiasi dengan secercah cahaya bintang. Suara dentungan yang diiringi lagu merdunya hewan malam, menandakan pukul 01.00. Almira merupakan salah satu mahasiswi universitas besar yang ada di London, kota besar yang terkenal dengan maraknya pergaulan malam.
Suatu malam Almira bermimpi didatangi oleh beberapa orang yang sangat besar sekaligus hitam. Orang tersebut tidak hanya satu, melainkan beberapa orang yang berkisar dua puluhan orang. Di dalam mimpi tersebut, Almira dikatakan telah meniggal dunia sejak 5 jam yang lalu, keluarga maupun kerabatnya turut berduka cita atas kepergiannya. Tak lain dia merupakan santri penghafal Al-Qur’an sekaligus murid dan anak kebanggaan. Setelah melalui berbagai tahap penyucian jenazah, keluarga dan kerabatnya turut serta dalam mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir dengan keranda berwarna hijau yang bising dengan iringan lantunan Laa ilaaha illa Allah. Setelah sampai di liang lahat, ternyata dari 5 jam yang lalu liang lahatnya tak kunjung selesai juga digali, sehingga para penggali merasa kualahan.
Baca juga: Konfercab XX; Mematangkan Persiapan, Menyemarakkan, dan Menyongsong 1 Abad NU
Ruh yang membersamai jenazah tersebut masih sempat-sempatnya befikir akan menunda murajaahnya saat teringat bahwa dirinya merupakan seorang pilihan Tuhan yang tergolong sebagai penghafal. Semasa hidupnya, Almira disibukkan dengan pekerjaannya sebagai penulis sampai akhirnya dia melupakan bahwa dirinya memiliki tanggungan besar yang tak dimiliki oleh semua orang, meskipun dia tahu bahwa seorang yang memiliki hafalan Al-Qur’an itu dituntut untuk selalu menjaga, memelihara, dan meluangkan waktu, serta konsisten dalam murajaah. Konsistensi dalam mengulang hafalan adalah sebuah keharusan bagi para penghafal Al-Qur’an sehingga mereka tak dibolehkan tunda hafalan. Dalam sebuah hadis, Nabi mengibaratkan para penghafal Al-Qur’an seperti pemilik unta.
«إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ القُرْآنِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ الإِبِلِ المُعَقَّلَةِ، إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا، وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ»
“Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al-Qur’an, seperti pemilik unta yang diikat. Jika ia dijaga dan dipelihara, maka ia akan diam dan jinak, dan jika ia dibiarkan terlantar, maka dia akan pergi lepas dari ikatannya.” (Imam Bukhari, Shahih Bukhari [Beirut: Dar Thauq al-Najah], tt, juz VI, hal 193. hadits nomor 5031).
Dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa orang yang melupakan hafalannya kelak di hari kiamat akan menemui Tuhannya dalam keadaan “judzam”.
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ ثُمَّ نَسِيَهُ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ أَجْذَمُ
“Barangsiapa yang membaca Alquran kemudian ia melupakannya, kelak (di hari kiamat) ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan judzam.” (Imam Turmudzi, Sunan Turmudzi [Beirut: Dar al-Gharbiy al-Islami], 1998, juz V, hal 28, hadits no 2916).
Akhirnya Almira terbangun dari tidurnya dengan keadaan dipenuhi linangan air mata yang membahasahi bantal andalannya. Kemudian dari sinilah dia mengerti apa maksud datangnya peringatan tersebut sebelum penyesalan itu hadir dan terabaikan. Jangan tunda hafalanmu.
Penulis: Dewi Sofiyatul Karima (Alumni S1 Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)