Melanjutkan studi ke luar negeri adalah impian banyak orang. Namun, harus diketahui bahwa studi di luar negeri terdapat banyak halangan dan rintangan. Banyak orang hanya memandang sisi enaknya saja atas pelajar luar negeri, padahal studi di luar negeri baik di Sudan maupun Turki, terdapat banyak sisi enak dan tidaknya. Banyak teman-teman yang menanyakan bagaimana enak dan tidaknya berstudi di luar negeri. Untuk menjawabnya, pada tulisan ini saya akan paparkan beberapa lika-liku pelajar luar negeri yang harus dihadapi.
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi bagi seseorang yang melanjutkan studi di luar negeri di antaranya adalah; penyesuaian bahasa, kultur, budaya, makanan, suhu udara dan lingkungan. Bahasa adalah alat bersosial dan berkomunikasi dengan orang lain. Tentunya pelajar luar negeri harus belajar menguasai bahasa negara setempat. Begitu pula halnya ketika saya berstudi di Turki. Awal kedatangan hanya bermodal kosa kata seadanya. Menginjak tahun pertama, masih belum bisa banyak bicara. Tahun kedua, sudah mulai bisa memahami pembicaraan orang, hingga tahun ketiga baru mulai bisa lancar berbicara.
Kultur dan budaya juga menjadi hal penyesuaian yang harus dihadapi. Misalnya saja, budaya bercanda orang Turki yang sangat berbeda dengan orang Indonesia. Mereka lebih suka bercanda dengan memukul kepala dan bergulat. Selain itu, budaya orang Turki yang berbicara blak-blakan, mungkin sering orang Indonesia mengambil hati atas pembicaraan tersebut karena belum terbiasa. Berbeda dengan orang Indonesia yang lebih tertata dalam berbicara karena ada perasaan tidak enak pada orang lain. Dengan ini, orang Indonesia yang belum bisa memahami sifat orang Turki, akan mudah tersinggung. Padahal seharusnya tidak demikian.
Baca juga: Tafsir Al-Qur’an, Merupakan Konsepsi atau Justifikasi?
Makanan juga menjadi hal penyesuaian yang membutuhkan waktu lama. Misalnya saja orang Indonesia yang menyukai makanan pedas dan orang Turki yang menyukai masam. Bagi saya, masakan Turki tidak terasa pedas dan seperti kurang bumbu. Oleh karena itu, biasanya sebelum berangkat studi ke sini, disarankan untuk membawa bumbu-bumbu khas Indonesia seperti; bumbu racik, sambal sachet, kecap, saos, dan lain-lain, karena bumbu-bumbu tersebut sulit ditemukan di Turki, ataupun jika ada, rasanya berbeda. Dengan adanya beberapa bumbu pribadi yang dibawa, jika rindu dengan masakan Indonesia, bisa memasaknya sendiri. Selain itu, ada alternatif lain dengan memasak mie instan yang dapat ditemukan di market terdekat.
Selain bahan makanan dan bumbu dapur, obat-obatan juga merupakan barang yang perlu dibawa, seperti; balsam, minyak kayu putih, freshcare, obat flu dan batuk, paracetamol, dan obat-obatan pribadi lainnya. Karena di Turki, obat-obatan hanya dapat ditemukan di apotek, dan untuk membelinya harus dengan resep dokter. Jadi, obat-obatan tidak bisa dibeli di warung atau market seperti halnya di Indonesia.
Berbeda negara tentunya berbeda pula iklim udaranya. Tentunya tubuh kita juga membutuhkan waktu untuk menyesuaikannya. Misal saja air. Tahun-tahun awal hidup di Turki, kebanyakan kulit orang Indonesi tidak bisa langsung cocok. Entah kandungan airnya yang berisi senyawa yang tidak sesuai dengan kulit orang Asia atau hal lainnya, sehingga setelah menggunakannya, kulit menjadi kering, pecah-pecah, dan menimbulkan rasa gatal. Dengan ini, perlu rutin menggunakan hand and body lotion atau krem dalam Bahasa Turki.
Selain air, suhu udara juga butuh penyesuaian, karena Turki merupakan negara dengan empat musim. Terlebih jika memasuki musim dingin, dibutuhkan pakaian tebal untuk menghangatkan tubuh. Biasanya orang Indonesia lebih lama menggunakan pakaian tebal ini, sedangkan orang Turki mengenakannya hanya di puncak musim dingin saja. Orang Indonesia dari awal memasuki musim dingin sampai awal musim semi selalu mengenakannya, karena tubuh yang belum menyesuaikan suhu udara di lingkungan tersebut.
Demikianlah hal yang saya rasakan selama menempuh studi di Turki. Bukan hanya hal enaknya saja, semua penerima studi di luar negeri ataupun orang yang baru datang ke luar negeri pasti menghadapi tantangan seperti yang sudah disebutkan di atas. Semoga para pelajar luar negeri diberikan kemudahan dan kekuatan dalam menghadapi tantangan ini.
Murojab Nugraha
Mahasiswa UICCI Sulaimaniyah, Turki
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)