PCINUSUDAN.COM – Pimpinan Cabang Istimewa Muslimat NU Sudan kembali menggelar Muslimat Berdialog pada Jum’at (05/01/21). Acara ini merupakan salah satu dari serangkaian acara menuju Diskusi Internasional pada akhir Februari mendatang yang dikoordinatori oleh Bidang Pendidikan PCI Muslimat NU Sudan yang mengusung tema “Menuju Islam Moderat” dan topik “Konsepsi Nilai Tasawuf dalam Moderasi, Perdamaian, dan Kemandirian Umat”.
Pada kesempatan kali ini, hadir Durratun Nasihah, B.S (candidate), Laili Maya Ramadhani (Ketua PPPI Sudan 20/21) sebagai narasumber dan Laila Aghniya sebagai moderator, sukses memantik keaktifan anggota Muslimat NU Sudan untuk berdiskusi Islam moderat. Meski tema dirasa cukup berat, namun narasumber menyampaikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami sehingga beberapa peserta terlihat sangat antusias menyampaikan sanggahan dan beberapa pertanyaan.
Sementara itu, Ketua Muslimat NU Sudan, Saudari Leni Latipah, Spd.I menyampaikan, “Kita sebagai kader-kader Nahdliyin di Sudan, sudah seharusnya kita aktif untuk berdiskusi, melanggengkan forum-forum keilmuan seperti ini,” tuturnya.
Baca juga: Pengajian Al-Hijrah Spesial Harlah; Penyakit Hati dan Obatnya
Durratun Nasihah sebagai narasumber menyampaikan pandangannya mengenai definisi tasawuf yang seringkali terdapat penyempitan makna.
“Tasawuf bukan hanya sekedar kezuhudan seorang hamba.” Durratun juga mengenalkan gagasan tasawuf transformatif yang di usung oleh Muhammad Zuhri.
“Kondisi manusia/masyarakat di abad ini telah mengalami masalah multidimensional. Oleh karenanya tasawuf transformatif menawarkan keseimbangan antara rasionalitas dan spiritual, dengan selalu melaksanakan pemahaman makna lagi terhadap dimensi inner-journey manusia, yang biasanya membuat hamba menjadi zuhud namun tetap punya kepekaan sosial,” tandas aktivis Bidang Dakwah Muslimat NU Sudan 19/20 tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Laili Maya Ramadhani menambahi bagaimana tasawuf mampu menjadi kunci untuk kemandirian umat dan moderat dalam beragama.
“Moderat seringkali disalahpahami dalam konteks beragama di Indonesia. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat berarti tidak teguh dalam beragama. Padahal salah satu prinsip dasar dalam moderasi beragama adalah selalu menjaga keseimbangan di antara dua hal, misalnya keseimbangan antara akal dan wahyu, hak dan kewajiban, antara teks agama dan ijtihad tokoh agama atau antara kepentingan individual dan kemaslahatan komunal,” tambahnya.
Acara di akhiri dengan closing statement dari kedua narasumber, dan dilanjutkan foto bersama.//(Mala)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
2 Responses