Bintusy Syathi’ merupakan salah satu dari beberapa tokoh mufassirah wanita kontemporer yang pernah menjadi sorotan para pengkaji al-Qur’an sebab pemikirannya yang kontroversial, semasa hidupnya ia telah berkontribusi terhadap kajian tafsir al-Qur’an, dalam dunia tafsir al-Qur’an memang muslimah juga tidak bisa dinomor-duakan. Fakta menunjukkan, diantara mereka ada yang turut mengembangkan khazanah keilmuan dalam Islam.
Mufassirah ini nama aslinya ialah Aisyah Muhammad Ali Abdurrahman. Lahir pada 6 November 1913 di Dumyath, di daerah sebelah barat Sungai Nil. Oleh karena itulah ia memakai nama Bintusy Syathi’, yang berarti anak perempuan tepian sungai. Ayahnya, Abdurrahman adalah tokoh sufi dan guru teologi di Dumyath, ia berasal dari daerah Shubra Bakhum dari wilayah Manufiyah.
Dilahirkan di tengah keluarga yang alim, Bintusy Syathi’ hampir tidak menghabiskan waktu bermain pada masa remajanya. Ketika itu ia sering mendengar ayahnya dan temannya mengaji. Sejak itu ia mampu menghapal surah-surah pendek yang didengarnya berulangkali. Namanya mulai menjadi buah bibir masyarakat umum karena aktivitasnya dalam mengkaji Sastra Arab dan tafsir Al-Qur’an. Bahkan, dia disebut sebagai perempuan pertama yang menulis tafsir.
Pendidikannya dimulai dengan belajar membaca dan menulis Arab kepada Syaikh Mursi di Shubra Bakhum, daerah asal ayahnya. Kemudian ia masuk sekolah dasar dan belajar gramatika bahasa Arab dan dasar-dasar akidah Islam di Dumyath. Pada tahun 1939, ia berhasil menyelesaikan pendidikan jenjang ‘’Licence’’(Lc) di jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Universitas King Fuad I, Kairo. Dua tahun kemudian menyelesaikan jenjang master, dan pada tahun 1950 berhasil meraih gelar dalam bidang dan institusi yang sama dengan judul disertasi Al-Ghufran li Abil A’la Al-Ma’ari.
Bintusy Syathi’ adalah seorang aktivis perempuan pada tahun 1960-an, sering memberi ceramah keagamaan pada para sarjana di Roma, Aljazair, Baghdad, New Delhi, Kuwait, Rabat, Khartoum, Fez dan Yerussalem. Pada tahun 1970-an, dia dinobatkan sebagai profesor Sastra dan Bahasa Arab di Universitas ‘Ain Syam, Helipos, Mesir. Selain itu juga menjadi guru besar tamu di Universitas Omdurman, Sudan, dan di Universitas Qarawiyyin, Maroko.
Pada tahun 1929 ia memulai karirnya menjadi guru sekolah dasar khusus perempuan di Al-Mansuriyyah, kemudian menjadi superviser pendidikan di sebuah lembaga bahasa untuk Inggris dan Prancis pada tahun 1932, menjadi asisten lektor di Universitas Kairo pada tahun 1939, menjadi inspektur bahasa Arab di sebuah lembaga bahasa sekaligus sebagai kritikus sastra di koran Al-Ahram.
Baca juga: Sowan dan Seminar Online Bersama Gus Muwafiq
Pada tahun 1950, menjadi lektor bahasa Arab di Universitas ‘Ain Syam, menjadi asisten profesor bahasa Arab di Universitas yang sama pada tahun 1957, menjadi profesor sastra Arab di sebuah universitas khusus perempuan sekaligus profesor penuh sastra Arab di Universitas ‘Ain Syam pada tahun 1967, selain itu menjadi redaktur majalah An-Nahdlah An-Nisa’iyyah pada tahun 1933.
Bintusy Syathi’ banyak melahirkan karya-karya ilmiah, antara lain:
– At-Tafsirul Bayani lil Qur’anil Karim, vol. 1 (1962), vol. 2 (1969) diterbitkan oleh Darul Ma’arif, Kairo.
– Kitabuna Akbar, terbit di Omdurman, Sudan (1967).
– Maqal fil Insan, Dirasah Qur’aniyah, diterbitkan oleh Darul Ma’arif, Kairo (1966).
– Al-Qur’an wat Tafsir Al-‘Asyri, diterbitkan oleh Darul Ma’arif, Kairo (1971).
– Al-I’jazul Bayani lil Qur’anil Karim, diterbitkan Darul Ma’arif, Kairo (1971).
– Al-Hayatul Insyaniyah ‘inda Abil A’la, diterbitkan oleh Darul Ma’arif, Kairo (1944).
– Nisa’un Nabi, Banatun Nabi, Ummun Nabi, diterbitkan oleh Darul Hilal, Kairo.
– Al-Mafhumul Islami li Taqriril Mar’ah, terbit tahun 1967.
– Lughghtuna wal Bayan, terbit di Kairo (1969).
Bintusy Syathi’ sering menarik perhatian dari bebarapa penerbit dan media berkat ide-ide briliannya. Tema-tema yang diangkat lebih banyak tentang sastra, sejarah, dan tafsir. Ia juga menulis isu-isu yang banyak berkembang, seperti tentang posisi wanita yang telah mengalami perubahan, perjuangan orang-orang Arab memerangi imperialisme Barat dan Zionisme.
Selain itu masih banyak lagi karya-karya yang dilahirkannya, ada sekitar 40 judul buku dalam bidang dirasah islamiyyah, fikih , tafsir, sastra, dan lainnya telah terbit di Mesir dan beberapa negara Arab.
Meskipun karya tafsir yang ditulisnya itu hanya terdiri dari 14 surah pendek, namun publik sangat apresiatif dengan penerbitan karyanya ini. Analisa teks yang ia terapkan dalam tafsirnya banyak diikuti oleh beberapa penafsir saat ini, dilihat dari penggunaan metode yang lebih relevan dan realistis untuk diterapkan, karena dapat memahami gagasan dalam Al-Quran secara utuh dan lebih tepat dengan kondisi sosial masyarakat saat ini.
Namun, Bintusy Syathi’ kurang konsisten dengan metode penafsiran yang ditawarkan, yakni mengkaji tema tertentu, lebih pada analisis semantik. Kenyataannya, ketika ia menafsirkan ayat-ayat pendek, ia mengumpulkan lafadz-lafadz yang serupa dengan lafadz yang ditafsirkan, kemudian menganalisis dari sisi bahasa (semantik). Disinilah banyak menuai kritik, karena tidak konsisten dengan metode yang dikemukakannya. Dengan demikian, meskipun metode tematik yang ditawarkan sangat bagus dan kompleks, ia tidak dianggap sebagai pencetus metode tematik.
Wallahu A’lam
Referensi
1. Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur’an, ed. Alaika Salamullah (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hal. 187.
2. Sri Suharjati Sukri, Ensiklopedi Islam dan Perempuan: dari Aborsi hingga Misogini, ed. Agus Salim, dkk (Bandung: Penerbit Nuansa, 2009), hal. 22.
3. Issa J. Boullata, “Tafsir Al-Qur’an Modern: Studi atas Metode Bintusy Syathi”, terj. Ihsan Ali Fauzi, sebagaimana dipaparkan pada bagian awal dari buku: Aisyah Abdurrahman, Tafsir bintusy Syathi’, terj. Muzakir Abdussalam (Bandung: Mizan, 1996), hal. 9.
4. Dari Penakluk Jarussalem hingga Angka Nol, penyunting: RA. Gunadi dan M. Soelhi (Jakarta: Penerbit Republika, 2002), hal. 194.
5. Muhammad Yusron, “Mengenal Pemikiran Bint al-Syati’ tentang al-Quran” dalam Studi Kitab Tafsir Kontemporer, ed. Alfatih Suryadilaga (Yogyakarta: YH-Press, t.t.), hal. 23-24.
6. Amin Abdullah, Studi Agama, (Yogyakarta Pustaka Pelajar,1996), hlm, 136.
Penulis: Atikal Maula
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)