Ada seorang lelaki yang tiba-tiba bikin heboh sebuah negeri. Setelah menyendiri (bertapa?) di sebuah gunung selama beberapa waktu, lelaki yang dikenal berasal dari keluarga baik-baik itu mengumumkan kalau ia baru saja mendapat wahyu. Lelaki itu mengklaim, “Tuhan baru saja mengangkat aku sebagai utusan-Nya”
“Apa maksud Tuhan mengirim seorang utusan (rasul) untuk negeri ini?”, tanya seorang nenek yang kebingungan.
“Penduduk negeri ini telah banyak melakukan dosa. Tuhan kirimkan berbagai bencana dan musibah, namun kalian tidak juga memohon ampun dan menyembah-Nya,” lelaki yang mengaku sebagai Rasul itu menjawab.
“Tapi bukankah kita sudah memiliki agama dan kepercayaan yang diajarkan dan diwariskan kepada kita sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu? Mengapa harus ada Rasul yang baru? Apakah ajaran yang selama ini kami peluk dianggap salah?”
“Aku datang untuk membenarkan dan sekaligus menyempurnakan ajaran yang kalian anut selama ini. Tanpa sadar kalian sudah bergeser dari inti ajaran yang Tuhan turunkan sebelumnya. Kehadiranku untuk menyelamatkan kalian,” begitu sabda orang yang mengaku sebagai utusan Tuhan.
“Baiklah…baiklah. Tapi mengapa harus engkau yang mendapat wahyu? Bukankah kami melihat engkau sebagai orang biasa? Engkau tidak pernah mempelajari kitab suci kami dengan cara yang benar seperti yang dilakukan oleh para guru dan orang tua kami? Tahu apa engkau tentang kitab suci sampai berani mengklaim menerima wahyu?”
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)