PCINUSUDAN.COM – Lembaga Pengkajian Al-Quran Nahdlatul Ulama (LPQNU) Sudan bersama warga nahdliyin menggelar kajian tafsir di Aula wisma PCINU Sudan pada Jumat (22/11). Acara ini merupakan agenda yang dilaksanakan 2 minggu sekali setiap hari jumat, diawali dengan pembacaan surah Alkahfi dan dilanjut dengan pelatihan seni tilawah Alquran yang dibimbing oleh Hardy Zulkarnain Fadhillah, mahasiswa pascasarjana Khartoum Institute For Arabic Language (KIFAL) Sudan, dimulai pada pukul 08.30 CAT sampai menjelang salat jumat pada hari yang sama.
Acara kajian tafsir ini mengusung tema besar “ Etika Pergaulan Dalam Alquran ”, dengan pemateri 1 Moch. Hibatullah Zain (Ketua LPQNU Sudan 2017/2018) dan juga Viqie Ixbal Maulana (Ketua LPQNU Sudan 2018/2019) sebagai pemateri 2, dimoderatori oleh Aulia Rahman.
Kesempatan kali ini, Hibatullah Zain memaparkan tentang Islam dan etika pergaulan, mencakup pergaulan antar sesama umat Muslim.
Hibatullah memulai materi berlandaskan surah Alhujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Ayat di atas menjelaskan, bahwa kita sesama orang mukmin itu bagaikan ikhwah.
” Ada pertanyaan kenapa Allah SWT menggunakan lafaz ikhwah ?, mengapa tidak menggunakan lafaz ikhwan ?. Dari sini, bisa kita pahami bahwa ikhwah itu lebih dalam pengartiannya daripada ikhwan, jika ikhwan diartikan hanya sebatas saudara atau sekawan, maka ikhwah lebih diumpamakan dengan saudara sekandung. Jadi sanga jelas, betapa eratnya persaudaraan antara orang mukmin dengan orang mukmin lainnya ,” jelasnya.
Sedangkan Viqie, membahas dalam mengenai konsep toleransi beragama dalam tafsir Alquran, dari sisi pergaulan seorang Muslim terhadap non-Muslim.
Etika atau sikap kita terhadap non-Muslim.
Belandaskan surah Alhajj ayat 40 :
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar hanya Karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.
Dia menjelaskan konsep dalam berinteraksi sesama manusia. “ Ayat di atas menjelaskan cara menghormati suatu kaum dengan kaum yang lain, kalau terlalu susah menyebut mereka dengan sebutan non-Muslim, karena lidah kita lebih mudah berkata hai kafir hai thogut. Maka, cukuplah kata “ manusia ” yang menjadi jembatan antara kisah cintaku dan cintamu, ” jelasnya.
Dalam diskusi M. Ahmad Faridhi, ia menambahkan “ Etika pergaulan itu sebenarnya sudah lengkap dalam al-quran, walaupun disebutkan secara umum. Misalnya, etika pergaulan dengan hewan, seperti kisah nabi Musa saat menggembala kambing, kisah Ashabul Kahfi yang memiliki seekor anjing. Etika murid dan guru, seperti kisah nabi Musa dan nabi Khidir, dan kisah Lukmanul Hakim dalam lingkup pendidikan,” katanya.
Contoh lainnya, etika pergaulan dengan beberapa golongan disebutkan dalam Alquran, surah Annisa ayat 36 :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, “.
Ia menjelaskan, Kita diperintahkan untuk menyembah hanya kepada Allah SWT semata, jangan menyekutukan-Nya. Kita juga diperintahkan untuk berperilaku baik kepada :
- Orang tua (sekalipun mereka non-Muslim)
- Kerabat
- Anak yatim
- Orang miskin
- Tetangga dekat
- Tetangga jauh
dan seterusnya.
Acara ini berlangsung dengan sangat antusias dari para hadirin, dilihat dari mereka yang saling berdiskusi dengan argumen yang mereka miliki, sehingga kajian terasa hidup. Di lain itu, ada juga sesi tanya jawab, bagi mereka yang ingin bertanya sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh pemateri.
Acara diskusi ini berlangsung sampai menjelang magrib dan dilanjutkan setelah salat magrib kemudian ditutup dengan membaca doa kafaratul majelis.//(Ilman)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)