Berbagai Tradisi Lebaran di Nusantara

Hari Raya Idul Fitri merupakan momen spesial di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Ketika lebaran ini tiba, biasanya jalan akan sangat padat merayap. Kota akan sepi dan desa-desa menjadi ramai karena mayoritas masyarakat mudik, pulang kampung untuk sungkem dan berkumpul bersama keluarga besar. Tapi tahukah kalian? Di berbagai daerah di Nusantara dari Sabang sampai Merauke terdapat berbagai tradisi perayaan lebaran yang berbeda dan unik satu sama lain. Apa saja?

Mari simak…

  1. Tumbilotohe

Tumbilotohe merupakan tradisi warga muslim gorontalo berupa memasang lampu minyak di depan rumah di waktu tiga hari menjelang hari raya. Biasanya, jumlah lampu minyak yang dipasang di depan rumahnya disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga yang ada. Ada pula yang membuat lampu minyak menyerupai masjid, ataupun kaligrafi-kaligrafi yang indah. Tradisi ini semakin menarik ketika warga Gorontalo mulai membunyikan meriam bambu dan festival bedug. Tradisi yang konon sudah ada sejak abad ke-15 ini masih tetap dilestarikan hingga sekarang.

  1. Bakar Gunung

Bakar gunung merupakan tradisi penyambutan Hari Raya Idul Fitri yang berasal dari Bengkulu. Tradisi yang unik ini dilaksanakan ketika malam hari raya. Pada saat malam takbiran, masyarakat suku Serawai yang ada di Bengkulu akan membakar batok kelapa yang sudah disusun menyerupai tusuk sate. Tujuan daripada pembakaran ini adalah sebagai rasa syukur dan doa kepada Allah supaya keluarga yang sudah meninggal bisa hidup tentram di alam mereka.

  1. Ngejot

Ngejot merupakan tradisi perayaan idul fitri dari Bali. Bentuk perayaan dari tradisi ini adalah setiap rumah akan menyajikan atau mengirimkan hidangan ke semua tetangga. Tidak hanya warga muslim saja yang saling mengirimkan makanan, tetapi warga Hindu yang ada di Bali turut ikut serta dalam tradisi ini. Tradisi ini merupakan wujud akulturasi budaya Islam dan Bali.

  1. Grebeg Syawal

Grebeg Syawal merupakan tradisi pada Hari Raya Idul Fitri yang diselenggarakan di Yogyakarta, dan dilakukan bertepatan dengan tanggal 1 Syawal dengan membawa gunungan lanang ke Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta. Gunungan yang dibawa merupakan simbol sedekah sultan kepada rakyat Yogyakarta. Nantinya, gunungan yang diarak ke masjid akan didoakan dan dibagikan ke masyarakat Yogyakarta.

  1. Meriam Karbit

Meriam Karbit merupakan tradisi penyambutan Hari Raya Idul Fitri di Pontianak.  Acara ini diselenggarakan pada saat malam takbiran. Warga yang tinggal di sepanjang tepu sungai Kapuas akan membuat meriam karbit berukuran sekitar enam meter. Meriam ini nantinya akan dinyalakan pada saat malam takbiran. Bahkan, tradisi meriam karbit ini sudah menjadi ajang perlombaan tahunan tiap lebaran tiba. Seluruh meriam yang ditampilkan dihias bewarna-warni sesuai kreatifitas dari pembuat, dan meriam dengan bunyi paling kompaklah yang akan keluar menjadi pemenang.

  1. Perang Topat

Perang Topat merupakan tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri di daerah Nusa Tenggara Timur. Tradisi ini diselenggarakan di hari ketujuh bulan Syawal, dan dilakukan di daerah Lombok (Pantai Bintaro). Warga Lombok biasanya akan berziarah terlebih dahulu sebelum memulai perang topat. Perang Topat sendiri merupakan perang melempar ketupat antar umat muslim dan warga Hindu. Tradisi ini dilakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

  1. Pukul Sapu

Pukul Sapu merupakan tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri dari Maluku yang cukup ekstrim. Tradisi ini mempertemukan dua kelompok pemuda dari desa Mamala dan Morela, kemudian kedua kelompok ini akan saling memukulkan sapu yang terbuat dari lidi pohon enau. Para pemuda akan saling pukul selama kurang lebih 30 menit, dan setelahnya para tabib desa akan menyembuhkan luka mereka dengan obat-obatan tradisional. Tradisi ini mereka yakini ampuh sebagai perekat peraudaraan diantara dua desa.

  1. Hadrat

Tradisi Hadrat ini merupakan tradisi yang dirayakan oleh warga Kaimana, Papua. Ratusan orang baik tua maupun muda, melakukan silaturahmi keliling kota, diiringi lantunan salawat dan juga musik hadrat. Kegiatan ini biasa dilakukan pada hari kedua Idul Fitri. Tak hanya warga muslim saja yang berpartisipasi, beberapa warga kristiani di Kaimana juga ikut serta meramaikan dengan memainkan alat musik tifa.

  1. Malaman

Tradisi ini merupakan agenda warga Lampung yang dilakukan pada saat malam takbir. Anak-anak dan remaja laki-laki akan menyusun batok kelapa di halaman rumah mereka hingga setinggi satu meter, bahkan lebih. Selanjutnya, menara sabut kelapa itu akan dibakar hingga api tampak menjulang dan anak-anak bersorak gembira. Butuh waktu sekitar satu jam agar semua sabut kelapa terbakar dan menyisakan bara merah yang berserak di tanah.

  1. Kenduri Makam dan Takengon

Tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh warga Desa Pasi, Aceh Barat ini biasanya diperangati di hari ke-12 setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri. Warga desa akan melakukan ziarah dan makan kenduri bersama di lokasi pemakaman tempat dimana keluarga mereka dikebumikan. Masyarakat yang menghadiri tradisi ini masing-masing membawa aneka macam makanan untuk disantap bersama usai rangkaian acara ritual dilakukan.

Selanjutnya ada juga tradisi Takengon, tradisi yang dilakukan masyarakat Aceh, terutama warga Gayo dari Kabupaten Takengon berupa pemotongan hewan ternak, menyiapkan kue dan aneka masakan lainnya untuk menyambut tamu yang akan berkunjung. Biasanya, kegiatan ini dilakukan ketika H-1 Lebaran.

  1. Bedulang

Bedulang merupakan tradisi lebaran unik yang berasal dari Belitung, negeri laskar pelangi. Tradisi ini berupa menaruh berbagai macam makanan khas Belitung di piring kecil di dulang (nampan) dan dimakan dengan ketupat. Biasanya, dalam satu dulang berisi lima macam makanan yang berbeda. Tradisi Bedulang ini dilakukan saat makan-makan bersama keluarga besar di hari lebaran.

Bagaimana tradisi lebaran di daerahmu? Sudah terdaftar di artikel yang disebutkan atau belum? Ceritakan tradisi lebaran Nusantara di daerahmu.

Baca juga: Iman Kepada Rasulullah

Tinggalkan Balasan