Nabi Musa as kehilangan ikan yang dibawanya di Sudan. Tidak sekali dua kali saya mendengar kisah ini dari cerita pribumi Sudan. Hampir tiap orang Sudan yang saya tanyai mengenai kisah ini selalu mengiyakannya.
Dikisahkan oleh Ibnu Katsir, ketika nabi Musa berkhutbah dan ditanyai, “Siapakah orang yang paling alim di dunia?” ia menjawabnya, “Sayalah orangnya.” Jawaban itu jujur apa adanya karena beliau adalah nabi dan utusan Allah yang mendapatkan ilmu langsung dari sumber ilmu.
Namun Allah subhanahu wa ta’ala menegur nabi Musa ‘alaihissalam atas jawaban itu dan berfirman bahwa masih ada hamba-Nya yang lebih alim dari dia (Musa). Nabi Musa bertanya, “Bagaimana aku bisa menemukannya wahai Tuhanku?” Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan nabi Musa membawa seekor ikan dalam sebuah wadah, dan ketika ikan itu hilang dari wadahnya maka di situlah tempat hamba Allah yang alim itu.
Baca juga: Meriahkan Harlah NU ke-92; Muslimat NU Sudan Adakan Bakti Sosial
Ketika nabi Musa melakukan perjalanan dalam mencari guru spiritual bersama nabi Yusya’ ‘alaihissalam, mereka tertidur di sebuah batu dan meletakkan ikan tadi di atas batu tersebut, ikan tersebut meloncat dan jatuh di majma’ al bahrain (pertemuan dua laut) itu.
Menurut Imam Qotadah, dua laut yang disebut dalam surat Al Kahfi itu adalah dua laut Rum dan Farsi yang berada di sisi timur atau sekarang kita kenal dengan pertemuan laut Merah dengan samudera Hindia.
Namun menurut Ubay bin Ka’b, kedua perkumpulan laut ini berada di Afrika. Mungkin pendapat dari Ubay bin Ka’b inilah yang menguatkan cerita rakyat di Sudan bahwa dua nil, yakni an Nil al azraq (Nil biru) dan an Nil al abyadh (Nil putih).
Penamaan dua Nil dengan nama putih dan biru bukan sekedar nama, memang betul yang nampak pada dua nil ini, Nil biru nampak sangat biru dibanding nil putih yang lebih cenderung berwarna kelabu semu putih. Nil putih berasal dari danau Tana di Ethiopia, sedangkan nil azraq berasal dari danau Victoria di Uganda. Perbedaan lain antara nil putih dan biru adalah aliran air di Nil putih lebih lambat dan airnya asin, sebaliknya nil biru berarus deras dan airnya tawar.
Kisah nabi Musa AS dan nabi Yusya’ yang kehilangan ikannya di pertemuan dua Nil ini juga dikuatkan argumen masyarakat setempat, bahwa nabi Musa hidup di Mesir yang letaknya sangat berdekatan dengan Sudan, bahkan dahulu sebelum merdeka Sudan masuk dalam wilayah Mesir.
Saat ini kita bisa menemukan majma’ al bahrain versi cerita rakyat Sudan ini di ibukota Sudan, Khartoum, tepatnya di ujung Utara pulau Tuti, di sisi kampus pasca sarjana Universitas al Quran al Karim. Meskipun secara ilmiyah saya belum menemukan tarjih pada versi ini, tetapi kepopuleran cerita masyarakat ini cukup memberikan rasa bangga bisa memijak bumi yang katanya pernah jadi saksi pertemuan dua Nabi Allah yang mulia, soal kenyataannya, wallahu a’lam bisshowab.
Oleh: Muthiullah
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)